Lasem, sebuah kota kecil di pesisir utara Jawa, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, mungkin nggak setenar Jogja atau Bali. Tapi, jangan salah—tempat ini adalah “permata tersembunyi” bagi kamu yang suka budaya, sejarah, dan cerita-cerita yang bikin mikir.
Khususnya di kampung Pecinan Lasem, kamu bisa lihat langsung gimana budaya Tionghoa dan Jawa menyatu, bukan cuma rukun tapi juga saling memperkaya. Menyusuri kampung Pecinan di Lasem itu kayak baca buku sejarah sambil jalan kaki. Tiap gang, tiap bangunan, tiap aroma, punya kisah sendiri.
Sejarah Panjang Jejak Tionghoa di Lasem
Migrasi dan Perdagangan Sejak Abad ke-14
Lasem udah dikenal sebagai pelabuhan penting sejak era Majapahit. Saat itu, pedagang Tionghoa udah aktif bersandar dan membangun pemukiman di sini. Lasem jadi titik strategis jalur perdagangan dari Cina ke Nusantara.
Komunitas Tionghoa yang datang nggak cuma berdagang, tapi juga membawa:
- Tradisi spiritual dan kepercayaan leluhur
- Gaya arsitektur dan pertukangan
- Ilmu pengobatan dan teknik batik
Mereka menikah dengan warga lokal, beranak pinak, dan akhirnya lahirlah budaya hybrid: Jawa-Tionghoa.
Arsitektur yang Jadi Saksi Akulturasi
Rumah Pecinan dengan Sentuhan Jawa
Saat menyusuri kampung Pecinan, kamu bakal lihat:
- Pintu gerbang khas Tionghoa dengan ornamen merah dan aksara Hanzi
- Teras luas khas rumah Jawa
- Bata ekspos dan kayu jati ukiran lokal
Beberapa rumah tua di antaranya masih dihuni keturunan Tionghoa asli. Mereka dengan bangga merawat rumah dan tradisi turun-temurun.
Klenteng Tua: Vihara Gie Yong Bio
Klenteng ini berdiri sejak abad ke-15. Selain tempat ibadah, tempat ini juga:
- Menjadi pusat komunitas
- Tempat simpan dokumen sejarah
- Titik awal banyak tur heritage
Bangunannya masih otentik, lengkap dengan ukiran naga dan altar pemujaan leluhur. Tapi yang menarik, klenteng ini juga jadi tempat gotong royong warga, lintas etnis dan agama.
Batik Lasem: Warna Cerah dalam Warisan Kultural
Motif Perpaduan Unik
Batik Lasem beda banget dari batik daerah lain. Ciri khasnya:
- Warna merah darah ayam yang kuat (inspirasi dari warna budaya Tionghoa)
- Motif naga, phoenix, dan bunga teratai
- Ornamen batik parang dan kawung khas Jawa
Ini adalah batik akulturatif yang nggak bisa kamu temuin di tempat lain.
Workshop dan Studio Batik
Kamu bisa:
- Ikut workshop membatik
- Belanja batik langsung dari pengrajin
- Dengar cerita sejarah batik Lasem dari mbah-mbah pembatik
Dan yes, batik Lasem ini nggak cuma buat ibu-ibu. Banyak desainer muda yang kolaborasi bikin fashion modern dari kain ini.
Kuliner Pecinan Lasem: Dari Dapur ke Meja, Cerita Berlanjut
Rasa yang Nggak Bisa Kamu Lupa
Beberapa kuliner wajib saat menjelajah kampung Pecinan:
- Lontong Tuyuhan: lontong santan dengan ayam kampung khas Rembang
- Mi Sido Mampir: warung mi legendaris yang udah buka sejak zaman Belanda
- Kue keranjang buatan lokal yang hanya muncul saat Imlek
Yang bikin beda? Semuanya pakai resep turun-temurun dan masih diolah cara tradisional.
Kopi Tubruk dan Obrolan Penuh Cerita
Banyak warung kopi kecil di gang Pecinan yang jadi tempat ngobrol warga. Di sinilah kamu bisa:
- Denger cerita masa penjajahan Jepang
- Ngobrol soal filosofi hidup Tionghoa-Jawa
- Ngopi sambil liat anak-anak main barongsai
Upacara Budaya dan Tradisi Unik Lasem
1. Cap Go Meh dan Barongsai Keliling Kampung
Perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Lasem tetap hidup meski kota ini kecil. Arak-arakan barongsai, lampion, dan pertunjukan wushu jadi atraksi sekaligus ajang silaturahmi lintas komunitas.
2. Ruwahan ala Tionghoa-Jawa
Ini versi Lasem dari “bersih desa”:
- Kirim doa untuk leluhur Tionghoa dan Jawa
- Menyajikan makanan khas dari dua budaya
- Pementasan wayang kulit berdampingan dengan pertunjukan liong
Akulturasi Itu Bukan Sekadar Rukun, Tapi Hidup Bareng
Toleransi yang Terasa Nyata
Di kampung Pecinan Lasem:
- Gereja dan masjid berjarak 100 meter
- Pemakaman Cina dan Jawa berdampingan
- Anak muda dari dua latar ikut karang taruna bareng
Ini jadi contoh nyata bahwa akulturasi bukan cuma soal masa lalu, tapi cara hidup sekarang.
Lasem Jadi Model Mini Indonesia
Di tempat lain, integrasi budaya mungkin masih jadi wacana. Tapi di sini, kamu bisa lihat langsung gimana dua budaya jadi satu harmoni, tanpa kehilangan jati diri masing-masing.
Wisata Jalan Kaki: Cara Terbaik Menyusuri Lasem
Rute Jalan Kaki Favorit
Mulai dari Klenteng Gie Yong Bio → Jalan Karangturi → Rumah Batik Encim → Warung Kopi Waringin → Balai Budaya Lasem.
Durasi: sekitar 2 jam, santai dan penuh spot Instagramable.
Bergabung dengan Tur Heritage Lokal
Beberapa komunitas menawarkan:
- Tur narasi sejarah
- Kunjungan rumah tua
- Sesi ngobrol bareng keturunan Lasem asli
Ini wisata yang bener-bener bikin kamu merasa jadi bagian dari cerita, bukan cuma pengunjung.
Tips Maksimalin Wisata ke Kampung Pecinan Lasem
Yang Harus Dibawa
- Sepatu nyaman buat jalan kaki
- Kamera (tiap sudut estetik banget!)
- Uang tunai (banyak toko belum cashless)
- Rasa ingin tahu tinggi
Waktu Terbaik Berkunjung
- Pagi hari untuk udara segar dan suasana syahdu
- Imlek dan Cap Go Meh buat vibes paling meriah
- Hari biasa kalau pengen eksplor dalam suasana tenang
Kesimpulan: Lasem, Jejak Budaya yang Nggak Lekang Waktu
Menyusuri kampung Pecinan di Lasem bukan sekadar jalan-jalan. Ini perjalanan budaya, spiritual, dan emosional yang bakal ninggalin bekas di hati kamu.
Di sini kamu bisa belajar banyak:
- Soal toleransi yang real
- Soal budaya yang bisa menyatu tanpa saling menghapus
- Soal sejarah yang masih hidup, bukan mati di buku
Lasem ngajarin bahwa Indonesia itu bukan hanya tentang perbedaan, tapi tentang kemampuan menjadikannya kekuatan.
FAQ tentang Kampung Pecinan Lasem
1. Apa yang bikin kampung Pecinan Lasem beda dari Pecinan lain di Indonesia?
Lasem menyajikan akulturasi yang lebih dalam—nggak cuma arsitektur atau kuliner, tapi juga gaya hidup dan nilai sosial.
2. Apakah Lasem aman untuk solo traveler?
Aman banget. Warga ramah, jalanan bersih, dan komunitas lokal siap bantu wisatawan.
3. Apakah ada penginapan di sekitar kampung Pecinan?
Ya, banyak homestay dengan nuansa heritage, bahkan ada yang di rumah tua.
4. Apakah semua orang di Lasem keturunan Tionghoa?
Nggak semua, tapi masyarakat Tionghoa punya kontribusi besar dalam sejarah dan budaya kota ini.
5. Apakah ada tempat buat beli oleh-oleh?
Banyak. Mulai dari batik Lasem, kopi lokal, sampai camilan khas.
6. Bisa ikut workshop budaya di sana?
Bisa. Ada workshop batik, masak kuliner lokal, sampai kelas sejarah mini.